Info Lengkap Tentang Budidaya Ikan Sidat Indonesia
Tampilkan postingan dengan label Kesehatan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kesehatan. Tampilkan semua postingan

20140401

Efektifitas Lendir Ikan Sidat dapat Menghambat Penyakit Tipes

Halali Sahri No comments
Pernahkan anda menangkap ikan sidat? Kenapa Ikan sidat licin sekali ketika dipegang? Nah ternyata dikulit ikan sidat terdapat lendir yang sekaligus sebagai pelindung bagi sidat itu sendiri, lendir dalam tubuh ikan sidat akan berkurang karena sering disentuh, stress, atau terkena penyakit maka ketahan tubuh sidat akan menurun drastis.

Lendir pada ikan sidat sekarang mampu untuk dijadikan obat sebagai anti bakteri, dari berbagai penyakit ternyata Angka kejadian penyakit tipes di Indonesia rata-rata 900.000 kasus pertahun, angka kematian lebih dari 20.000 dimana 90% kasus terjadi pada usia 3-19 tahun. Penyebaran penyakit ini diperantarai makanan atau air yang terkontaminasi oleh bakteri salmonella thypii. Telah dilakukan penelitian bahwa lendir atau mucus pada kulit ikan sidat dapat berfungsi sebagai antibakteri kuat (Ebran et al., 2000), pertahanan terhadap infeksi bakteri (Aranishi, 2000). 

Spesies ikan sidat (Anguilla bicolor pasifica) banyak terdapat di perairan payau yang berada di sekitar Samudra Hindia (di sebelah barat Pulau Sumatera dan selatan Pulau Jawa). Kabupaten Cilacap memiliki wilayah perairan payau yang menjadi hutan bakau yaitu di Anakan. Penelitian ini dilakukan secara praklinik untuk mengetahui pengaruh lendir sidat terhadap penghambatan pertumbuhan bakteri salmonella thypii.

Desain penelitian pada penelitian ini adalah eksperimen murni. Penelitian eksperimental adalah penelitian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap objek penelitian serta adanya kontrol. Penelitian ini dibagi menjadi 3 kelompok yaitu kelompok kontrol normal, kontrol positif,  dan kelompok uji dengan menggunakan lendir sidat. Pengamatan uji aktifitas lendir sidat dalam menghambat pertumbuhan bakteri Salmonella Thypii diukur dengan cara pengukuran diameter zona penghambatan.

Kelompok   I      : media + bakteri diberi aquadest sebagai kontrol normal. Kelompok II    : media + bakteri  diberi obat antimikroba (kloramfenikol) sebagai  kontrol    positif. Kelompok III: media + bakteri diberi lendir sidat (Uji). Hasil percobaan menunjukkan bahwa penghambatan terbesar lendir sidat terhadap bakteri Salmonella thypii adalah 44,05% dan penghambatan terendah sebesar 34,67% dengan rata-rata penghambatan 41, 08% dibandingkan dengan penghambatan kontrol positif kloramfenikol. (sumber: STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap)

Pengendalian Hama Dan Penyakit Ikan Sidat

Halali Sahri , No comments
Selama kegiatan budidaya ikan sidat terdapat beberapa gangguan kesehatan pada ikan sidat antara lain hama dan penyakit yang memerlukan pengendalian sebagai berikut.

1. Hama
Menurut Liviawaty dan Afrianto (1998), hama ikan sidat yaitu organisme yang berukuran besar yang mampu menimbulkan gangguan atau memakan ikan sidat. Hama dapat berperan sebagai predator yang bersifat memangsa terutama pada stadia glass eel. Ada juga yang sifatnya sebagai kompetitor yang bisa menimbulkan persaingan dalam mendapatkan oksigen, pakan dan ruang gerak.

2. Penyakit.
2.1. Penyakit parasitik
Penyakit parasitik adalah penyakit yang disebabkan oleh organisme parasit yang dapat menimbulkan penyakit seperti virus, bakteri, jamur, protozoa, golongan cacing dan udang renik. Jenis penyakit parasitik yang menyerang ikan sidat berdasarkan jenis parasit yang menyerangnya antara lain :

Penyakit yang disebabkan oleh bakteri
Bakteri adalah organisme satu sel yang mempunyai daerah penyebaran yang relatif luas sehingga hampir dapat dijumpai dimana saja. Bakteri mempunyai ukuran relatif besar daripada virus, yaitu 0.3 mikron – 0.5 mikron. Jenis penyakit pada ikan sidat yang disebabkan oleh bakteri diantaranya :

Aeromonas Disease
Penyebabnya adalah bakteri yang tergolong kedalam genus Aeromonas dan Paracolotrum. Menyerang bagian sirip sehingga sirip yang terkena penyakit ini akan mengembang. Penganganan ikan sidat yang terserang bakteri ini dapat dilakukan dengan senyawa sulfa, antibiotik atau senyawa furane yang dicampurkan terlebih dahulu ke dalam pakan.

Gill Disease
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri yang menyerang insang. Penyakit ini dapat menimbulkan kematian karena merusak bagian insang, sehingga menganggu sistem pernapasan. Penyakit ini dapat disembuhkan dengan melakukan perendaman kedalam methylene blue dan penambahan senyawa sulfa, furane atau senyawa kimia anti bakteri.

Red Disease
Penyebab penyakit ini adalah bakteri, yang menyerang pada ikan sidat dewasa.meyerang organ luar dan dalam seperti usus, hati dan ginjal. Bagian tubuh ikan sidat yang terkena penyakit ini menjadi kasar dan terlihat merah. Pengobatan ikan sidat yang terkena penyakit ini dapat diobati dengan melakukan kedalam malachit green atau methylene blue dan penambahan senyawa sulfa, furane atau senyawa kimia anti bakteri.

Penyakit yang disebabkan oleh virus
Virus adalah organisme penyebab penyakit yang sangat kecil karena memiliki ukuran tubuh antara 25 – 300 nanometer sehingga hanya dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop elektron. Aktivitas serangan virus yang bersifat akut menyebabkan kerusakan jaringan yang cukup luas dan dapat menyebabkan kematian dalam waktu yang singkat. Penyakit ini menyerang pada insang dan ginjal ikan sidat. Tubuh ikan sidat yang terserang penyakit ini akan memendek (dehidrasi), densitas jarang meningkat dan jumlah garam tubuh menurun. Cara untuk mengobati penyakit ini dapat dilakukan dengan menambahkan garam ke dalam pakan.

Penyakit yang disebabkan oleh jamur
Jamur adalah mikroorganisme yang sering terlihat seperti benang yang tumbuh menyebar di bagian dalam atau luar tubuh ikan sidat. Jamur mempunyai ukuran lebih besar daripada bakteri sehingga lebih mudah dideteksi. Jenis penyakit yang disebabkan oleh jamur yang menyerang ikan sidat adalah cotton cap atau water muould. Penyebab dari penyakit ini adalah jamur Saprolegnia parsitica, yang biasanya banyak menyerang ikan sidat yang berukuran fingerling dan dewasa. Pengobatan ikan sidat yang sudah terserang penyakit ini dilakukan dengan cara perendaman kedalam larutan methylene blue 2 ppm selama 4 hari dengan masa istirahat 10 hari.

Penyakit yang disebabkan oleh protozoa
Beberapa jenis penyakit pada ikan sidat yang disebabkan oleh protozoa adalah sebagai berikut :

White Spot Disease.
Penyakit ini disebabkan oleh Ichthyophthrius multilifis yaitu jenis protozoa yang sering menyerang pada ikan, baik ikan hias ataupun ikan konsumsi. Sidat yang terserang protozoa ini akan terlihat bintik-bintik putih yang berdiameter 0.5 – 1 mm. Bagian tubuh ikan sidat yang terserang penyakit ini adalah pada bagian sirip, tutup insang dan ekor. Pengobatan yang paling efektif untuk memberantas patogen ini adalah pada fase kista atau post kista. Jenis obat yang dapat digunakan untuk memberantas jenis protozoa ini antara lain garam dapur (NaCl), methylene blue, formalin dan larutan kina.

Myxidium Disease
Penyebaran penyakit ini adalah dengan spora. Spora protozoa ini akan menimbulkan bulatan putih pada permukaan kulit ikan sidat yang terserang. Sejauh ini belum ditemukan cara untuk mengobati penyakit ini, apabila dalam kolam terdapat sidat yang telah terserang penyakit ini sebaiknya langsung dibuang.

Cripple Body Disease
Penyakit ini disebabkan oleh patogen Plisthopora yang termasuk protozoa. Jenis protozoa ini menyerang sistem jaringan sehingga menyebabkan tubuh ikan sidat yang terserang menjadi mengerut. Ikan sidat muda yang warna kulit tubuhnya putih susu dapat diindikasikan bahwa sidat tersebut telah terserang oleh protozoa jenis ini. Cara mengobati penyakit yang disebabkan protozoa ini belum ada, apabila pada kolam pemeliharaan ditemukan ikan sidat yang terserang sebaiknya langsung dibuang.

Penyakit yang disebabkan oleh Nematoda
Salah satu nematoda yang menyerang ikan sidat adalah Anguillicola grobiceps. Nematoda ini menyerang gelembung renang ikan sidat. Ikan sidat yang terinfeksi akan mengalami luka-luka dan borok. Perlakuan yang efektif untuk memberantas patogen ini masih belum ada, kecuali jika nematoda muda keluar dari gelembung renang menuju kolam, mereka tidak tahan terhadap formalin.

Penyakit yang disebabkan oleh Copepoda
Copepoda adalah jenis parasit yang biasa menyerang ikan sidat pada bagian luar Anchor Worm Disease. Copepoda yang menyebabkan penyakit ini adalah Lernea cyprinaceae. Menyerang bagian hidung dan mulut ikan sidat. Patogen ini dapat menyebabkan luka dan borok sehingga akan mengurangi kemampuan ikan sidat untuk makan. Pengobatan ikan sidat yang terserang cacing jangkar ini dapat dilakukan dengan merendamnya dalam larutan bromex 0.12 – 0.15 ppm atau larutan dipterex 0.25 ppm selama 4 – 6 jam. Perendaman dapat dilakukan dalam larutan Kliuj Permanganat (PK) tapi dosis penggunaan PK ini sedikit lebih rendah dari konsentrasi lethal bagi sidat, sehingga penggunaan PK jarang dilakukan.

Plistophora
Plistophora anguilarum merupakan parasit mikrosporidium yang menyerang otot ikan sidat. Patogen ini masuk melalui kulit dan masuk ke bagian otot kemudian membuat kista. Penyakit ini akan menyebabkan pertumbuhan terhenti dan permukaan tubuhnya tidak rata. Sampai dengan saat ini, belum ada perlakuan yang efektif untuk mengobati ikan sidat yang terserang penyakit ini, karena spora parasit ini memiliki dinding yang tebal sehingga bahan kimia tidak mampu menembusnya.

Cauliflower Disease
Penyakit ini akan membentuk tumor terutama pada bagian hidung dan mulut, sehingga mengganggu aktivitas ikan sidat terutama pada saat mencari makan. Belum ada cara pengobatan untuk jenis penyakit ini karena patogen penyebabnya pun sampai saat ini belum diketahui.

2.2. Penyakit non parasitik
Penyakit non parasitik adalah penyakit yang bukan disebabkna oleh hama ataupun organisme parasit. Penyakit non parasitik yang menimpa ikan sidat diantaranya disebabkan oleh :

Faktor lingkungan yang kurang menunjang bagi kehidupan ikan sidat.
Faktor lingkungan tersebut antara lain : pH air yang terlalu tinggi atau terlalu rendah, kandungan oksigen yang terlalu tinggi atau terlalu rendah, fluktuasi suhu yang terlalu tinggi dan perubahan mendadak serta adanya polutan.

Kualitas pakan
Pakan yang diberikan kurang baik (malnutrisi) anatara lain: kekurangan vitamin, gizinya terlalu rendah, kualitas bahan baku pakan yang jelek.

Turunan, antara lain kelainan fisik yang sudah ada sejak lahir.
Salah satu penyakit non parasitik yang sering dialami pada pemeliharaan ikan sidat adalah deplesi oksigen. Pengaruh dari deplesi oksigen terjadi secara langsung maupun tidak langsung. Konsentrasi oksigen terlarut pada kolam rendah, ikan sidat akan mengalami stress sehingga mudah diserang oleh patogen lain. Kejadian ini biasanya terjadi pada saat malam hari karena konsentrasi oksigen terlarut dalam air dipengaruhi oleh fotosintesis, respirasi dan proses difusi. Kegiatan fotosintesis terjadi pada siang hari dan proses respirasi akan menghasilkan karbondioksida sehingga pada malam hari konsentrasi oksigen terlarutnya rendah. Cara untuk memecahkan masalah kekurangan oksigen ini adalah membantu menambahkan adanya proses difusi yang dapat dilakukan dengan pemasangan kincir.

PENGENALAN PENYAKIT PADA IKAN SIDAT

Halali Sahri No comments
Berikut artikel yang bisa menjadi informasi bagi rekan-rekan peternak sidat, tentang penyakit sidat, 

Penyakit yang seringkali menyerang ikan sidat dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok, yakni penyakit menular yang sering disebut parasit, disebabkan oleh aktivitas mikro organisme seperti bakteri jamur, virus dan protozoa. Lalu yang kedua adalah penyakit yang tidak menular, yaitu penyakit yang bukan disebabkan oleh mikro organisme, tetapi disebabkan hal lainn misal karena kekurangan pakan, keracunan konsentrasi oksigen dalam air rendah atau penyakit gelembung udara.

Dapat dikatakan bahwa penyebab langsung dari kebanyakan penyakit pada ikan sidat adalah parasit-parasit termasuk virus-virus, bakteri, jamur, dan protozoa. Penularannya semakin mudah di dalam kelompok ikan yang padat dibanding dengan di alam bebas.

Sebagai akibatnya, penyebaran penyakit yang lebih luas dapat ditemukan pada kolam budidaya sidat atau keramba . Banyak parasit, terutama yang termasuk golongan sistematika rendah tersebar luas, dan biasanya terdapat di dalam biotop atau bahkan juga di dalam tubuh ikan tanpa menyebabkan kondisi patologis.

Bakteri seperti aeromonas hydrophilla, Flexibacter columnaris, Pseudomonas flurescens ataupun Vibrio anguilarum dikatakan bersifat saprofitis dan terdapat di mana-mana (ubiquitous). Akan tetapi, dalam kondisi tertekan, bakteri tersebut dikenal sebagai penyebab penyakit, seperti haemorragic septicaemia, penyakit busuk insang (bacterial gill disease), pembusukan sirip (fin rot) dan vibriosis.

Salah satu penyebab penyakit pada sidat adalah bakteri, bakteri mempunyai daerah penyebaran relative luas sehingga hampir dapat dijumpai dimana saja. Bakteri mempunyai ukuran yang relative besar jika di bandingkan dengan virus, yaitu antara 0,3 sampai 0,5 mikron. Cara mencegah infeksi oleh bakteri adalah mengusahakan kualitas air dan lingkungan bebas dari polusi racun atau bahan kimia yang berbahaya, oksigen dalam lingkungan tetap terpenuhi, dan mencegah masuknya parasit eksternal maupun internal.

Sidat yang terkena infeksi fin rot akan kehilangan nafsu makan dan gerakan berenangnya mulai tidak teratur yang akhirnya ia akan muncul dan berenang di permukaan air. Sidat yang terserang secara eksternal akan mengalami pendarahan yang selanjutnya menjadi borok (haemorrhage) pada sirip perut dan ekor serta bagian anus. Secara internal usus dan lambung mengalami hyperemia yang akhirnya terkikis. Hati sidat yang terserang penyakit ini menjadi tidak berfungsi. Pada serangan lebih lanjut rahang bawah akan mengalami luka dan borok. Infeksi sekunder dapat terjadi jika sidat terserang oleh cotton cap.

Bakteri pathogen yang menyebabkan penyakit ini adalah Aeromonas liquefaciens yang menyerang organism sidat di air tawar dan biasanya menyerang pada suhu air 280C. Bakteri Aeromonas umumnya hidup di air tawar terutama yang mengandung bahan organic tinggi. Ada juga yang berpendapat bahwa bakteri ini hidup di saluran pencernaan. Ciri utama bekteri Aeromonas adalah bentuk seperti batang, ukuran 1-4,4 x 0,4-1 mikron, bersifat gram negative, fakultatif aerobic (dapat hidup dengan atau tanpa oksigen), tidak berspora, bersifat motil (bergerak aktif) karena mempunyai satu flagel(monotrichous flagella) yang keluar dari salah satu kutubnya. Penyakit ini senang hidup di lingkungan bersuhu 15 0C-30 0C dan pH 5,5 – 9.

Penularan bakteri Aeromonas dapat terjadi melalui air, kontak badan kontak dengan peralatan yang telah tercemaratau perpindahan sidat yang telah terserang Aeromonas dari satu tempat ke tempat lain. Salah satu penanganan terhadap serangan pathogen ini adalah dengan membuang sidat yang telah terinfeksi supaya tidak menyebar kepada sidat lainnya. Cara lain mengatasi penyakit ini adalah dengan menambahkan air tawar yang bersih untuk menurunkan suhu air kolam.

Pengobatan dapat dilakukan dengan thiazine tang diberikan melaluai pakan dengan dosis 20 mg per hari untuk sidat seberaty 100g. pemberian dilakukan secara terus menerus selama satu minggu. Sidat yang terinfeksi juga dapat diobati dengan cara merendam dalam obat furam atau sulpha.

Sumber : http://www.sidatonline.com/

Cuaca Tak Menentu, Petani Ikan Waspada KHV

Halali Sahri No comments

Kondisi cuaca yang tak menentu belakangan ini berpotensi terjadinya serangan penyakit koi herpes virus (KHV) terhadap ikan di perairan Waduk Cirata wilayah Cianjur. Rata-rata, jenis ikan yang rentan diserang virus tersebut adalah ikan mas karena masih satu species dengan ikan koi.

Kepala UPTD Jangari Kabupaten Cianjur Ade tak menampik jika kondisi cuaca saat ini tergolong ekstrem. Kondisi cuaca saat ini dirasakan sangat berpengaruh terhadap daya tahan ikan.

“Ketika cuaca begitu panas, dampaknya nafsu makan ikan akan berkurang. Kondisi ini berpengaruh terhadap pertumbuhan dan daya tahan ikan, sehingga mudah terserang penyakit,” kata Ade, Kamis (20/3/2014).

Menurut Ade, kondisi cuaca seperti itu sangat rentan terjadinya serangan KHV. Serangan itu seolah menjadi langganan bagi para pembudi daya ikan di perairan Waduk Cirata wilayah Cianjur. Dipastikan dalam setiap tahunnya ketika kondisi cuaca berfluktuasi seperti itu serangan KHV akan mengganas.

“Serangan KHV yang terbaru sekitar bulan Januari-Februari 2014. Saat itu KHV menyerang wilayah perairan Cianjur. Rata-rata, kematian massal ikan di setiap kolam sekitar 5 kilogram,” paparnya.

Untuk mengantisipasi serangan KHV dan memperkuat daya tahan ikan, menurut Ade, harus rutin dilakukan pemberian vitamin C. Namun asupannya jangan terlalu keseringan karena bisa jadi akan berdampak jelek.

“Tinggal diatur saja pemberian vitamin C-nya. Hanya jangan terlalu sering, takutnya nanti akan berdampak buruk terhadap kondisi ikan,” tuturnya.

Selain serangan KHV, yang cukup diwaspadai juga adalah upwelling. Namun biasanya upwelling terjadi di akhir tahun atau pada awal-awal pergantian musim.

“Sebetulnya sekarang para pembudi daya ikan sudah tahu menyiasati jika akan ada
serangan-serangan terhadap ikan. Jadi tidak terlalu khawatir karena para petani pembudi daya ikan sudah bisa menyikapinya,” ucap Ade.

Budi daya ikan air tawar di perairan Waduk Cirata wilayah Cianjur rata-rata menghasilkan sekitar 105-120 ton per hari. Produksi terbesar didominasi ikan mas sekitar 35 persen.

“Produksi ikan sebesar itu berasal dari 9 wilayah pendaratan ikan yang tersebar di berbagi tempat yakni Perairan Maleber, Perairan Ciputri, Perairan Jangari, Perairan Leuwi Orok 1 dan 2, Perairan Kebon Cokelat, Perairan Nusa Dua, Perairan Calingcing, Perairan Babakan Garut, dan Perairan Pangguyangan. Hanya yang terbesar memang berasal dari Jangari,” katanya.

“Selain ikan mas dengan jumlah produksi hampir 35 persen, ada juga ikan bawal sebesar 30 persen, ikan nila 30 persen, dan beragam ikan lainnya seperti patin, lele, gurame, maupun nilem sebesar 5 persen,” tandasnya.

Kepala Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan Kabupaten Cianjur Djoni Rojali tak memungkiri jika produksi ikan air tawar di Kabupaten Cianjur sangat bagus. Malahan Djoni berani menyebutkan jika produksi ikan air tawar di Cianjur jadi ikon produsen bagi di Jawa Barat.

“Potensi perikanan di Cianjur memang sangat bagus. Kita punya perairan ikan laut di pesisir pantai selatan. Sedangkan ikan air tawar kita punya perairan Jangari dan sekitarnya,” kata Djoni. (Sumber : Inilah)

Infeksi Penyakit Fin Rot pada Sidat

Halali Sahri No comments
Sidat adalah binatang yang termasuk dalam golongan ikan, dia dapat hidup di air laut maupun air tawar. Sidat merupakan salah satu komoditas eksport perikanan yang telah lama di kenal, terutama di berbagai Negara yang perikanannya sangat maju.

Sidat mempunyai bentuk morfologi yang relative serupa dengan belut, tetapi keduanya memiliki ordo yang berbeda. Menurut Bleeker sidat mempunyai klasifikasi sebagai berikut:
Filim :Chordota
Klas :Pisces
Ordo :Apodes
Famili :Anguillidae
Genus :Anguilla
Spesies :Anguilla sp.

Ciri utama sidat dewasa adalah bentuk tubuhnya yang menyerupai belut. Namun jika diperhatikan lebih teliti ada beberapa perbedaan morfologi yang cukup nyata antara sidat dan belut. Perbedaan yang dapat dilihat secara langsung adalah sidat memiliki sirip ekor, sirip punggung dan sirip dubur yang sempurna. Sedangkan belut tidak mempunyai sirip sama sekali. Sirip sidat dilengkapi dengan jari- jari lunak yang dapat dilihat dengan mata biasa.

Sidat merupakan hewan yang bersifat katadrom. Dengan demikian sidat dapat hidup di air tawar maupun air asin. Sidat kecil hidupdi air tawar sampai ia mencapai dewasa dan selanjutnya akan bermigrasi ke laut untuk memijah. Oleh karena itu sebagian sebagian besar hidup sidat dihabiskan dilingkungan air tawar seperti sungai danau, waduk, kolam, sawahdan berbagai jenis habitat air tawar lainnya.

PATOGENESIS BAKTERI
Penyakit yang sering menyerang sidat dapat dikasifikasikan menjadi 2 kelompok, yakni penyakit menular yang sering disebut parasit, yang disebabkan oleh aktivitas mikroorganisme seperti bakteri jamur, virus dan protozoa. Kemudian yang kedua adalah penyakit yang tidak menular, yaitu penyakit yang bukan disebabkan oleh mikroorganisme, tetapi karena hal lain misal karena kekurangan pakan, keracunan konsentrasi oksigen dalam air rendah atau penyakit gelembung udara.

Dapat dikatakan bahwa penyebab langsung dari kebanyakan penyakit adalah parasit-parasit termasuk virus-virus, bakteri, jamur, dan protozoa. Penularannya semakin mudah di dalam kelompok ikan yang padat dibanding dengan di alam bebas.

Sebagai akibatnya, penyebaran penyakit yang lebih luas dapat ditemukan pada kolam budidaya atau keramba . Banyak parasit, terutama yang termasuk golongan sistematika rendah tersebar luas, dan biasanya terdapat di dalam biotop atau bahkan juga di dalam tubuh ikan tanpa menyebabkan kondisi patologis. Bakteri sepertiaeromonas hydrophilla, Flexibacter columnaris, Pseudomonas flurescens ataupun Vibrio anguilarum dikatakan bersifat saprofitis dan terdapat di mana-mana (ubiquitous). Namun demikian, dalam kondisi tertekan, bakteri tersebut dikenal sebagai penyebab penyakit, seperti haemorragic septicaemia, penyakit busuk insang (bacterial gill disease), pembusukan sirip (fin rot) dan vibriosis.

Salah satu penyebab penyakit pada sidat adalah bakteri, bakteri mempunyai daerah penyebaran relative luas sehingga hampir dapat dijumpai dimana saja. Bakteri mempunyai ukuran yang relative besar jika di bandingkan dengan virus, yaitu antara 0,3 sampai 0,5 mikron. Cara mencegah infeksi oleh bakteri adalah mengusahakan kualitas air dan lingkungan bebas dari polusi racun atau bahan kimia yang berbahaya, oksigen dalam lingkungan tetap terpenuhi, dan mencegah masuknya parasit eksternal maupun internal.

INFEKSI PENYAKIT FIN ROT OLEH BAKTERI AEROMONAS LIQUEFACIENS
Sidat yang terkena infeksi fin rot akan kehilangan nafsu makan dan gerakan berenangnya mulai tidak teratur yang akhirnya ia akan muncul dan berenang di permukaan air. Sidat yang terserang secara eksternal akan mengalami pendarahan yang selanjutnya menjadi borok (haemorrhage) pada sirip perut dan ekor serta bagian anus. Secara internal usus dan lambung mengalami hyperemia yang akhirnya terkikis. Hati sidat yang terserang penyakit ini menjadi tidak berfungsi. Pada serangan lebih lanjut rahang bawah akan mengalami luka dan borok. Infeksi sekunder dapat terjadi jika sidat terserang oleh cotton cap.

Bakteri pathogen yang menyebabkan penyakit ini adalahAeromonas liquefaciens yang menyerang organism sidat di air tawar dan biasanya menyerang pada suhu air 280C.
Bakteri Aeromonas umumnya hidup di air tawar terutama yang mengandung bahan organic tinggi. Ada juga yang berpendapat bahwa bakteri ini hidup di saluran pencernaan. Ciri utama bekteriAeromonas adalah bentuk seperti batang, ukuran 1-4,4 x 0,4-1 mikron, bersifat gram negative, fakultatif aerobic (dapat hidup dengan atau tanpa oksigen), tidak berspora, bersifat motil (bergerak aktif) karena mempunyai satu flagel(monotrichous flagella) yang keluar dari salah satu kutubnya. Penyakit ini senang hidup di lingkungan bersuhu 15 0C-30 0C dan pH 5,5 – 9.

Penularan bakteri Aeromonas dapat terjadi melalui air, kontak badan kontak dengan peralatan yang telah tercemaratau perpindahan sidat yang telah terserang Aeromonas dari satu tempat ke tempat lain.

Salah satu penanganan terhadap serangan pathogen ini adalah dengan membuang sidat yang telah terinfeksi supaya tidak menyebar kepada sidat lainnya. Cara lain mengatasi penyakit ini adalah dengan menambahkan air tawar yang bersih untuk menurunkan suhu air kolam.
Pengobatan dapat dilakukan dengan thiazine tang diberikan melaluai pakan dengan dosis 20 mg per hari untuk sidat seberaty 100g. pemberian dilakukan secara terus menerus selama satu minggu. Sidat yang terinfeksi juga dapat diobati dengan cara merendam dalam obat furam atau sulpha.

sumber: http://blogkesayangan.blogspot.com/2008/12/infeksi-penyakit-fin-rot-pada-sidat.html
Entries RSS Comments RSS

Copyright © Info Sidat Bagus
Powered by Blogger
Design by N.Design Studio
Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com