Di lokasi pasifik barat ( lebih kurang perairan Indonesia ) dikenal ada tujuh spesies ikan sidat yakni : anguilla celebensis serta anguilla borneensis, yang disebut type endemik di perairan lebih kurang pulau kalimantan serta sulawesi, anguilla interioris serta anguilla obscura yang ada di perairan sebelah utara pulau papua, anguilla bicolor pasifica yang didapati di perairan indonesia sisi utara ( samudra pasifik ), anguilla bicolor pasifica yang ada di lebih kurang samudra hindia ( di sebelah barat pulau sumatra serta selatan pulau jawa ), namun anguilla marmorata adalah type sidat kosmopolitan yang mempunyai sebaran amat luas di semua perairan tropis ( sarwono, 2000 ).
Ikan sidat terhitung didalam kelompok ikan katadromus, ikan sidat dewasa dapat lakukan migrasi kelaut untuk lakukan pemijahan, namun anakan ikan sidat hasil pemijahan dapat kembali lagi ke perairan tawar sampai meraih dewasa. sejak awal th. 1980, jumlah glass eel yang memasuki sungai-sungai di eropa alami penurunan sampai tinggal 1% dari jumlah awal mulanya ( dekker didalam dannewitz, 2003 ). berkurangnya jumlah glass eel yang memasuki satu lokasi perairan tunjukkan kemungkinan ada penurunan mutu lingkungan yang mengancam populasi sidat.
Ikan sidat terhitung didalam genus anguilla, famili anguillidae, semuanya berjumlah 19 spesies. lokasi penyebarannya meliputi perairan indo-pasifik, atlantik serta hindia. ikan sidat adalah ikan nokturnal, hingga keberadaannya lebih gampang ditemukan saat malam hari, terlebih pada bln. gelap.
Bleeker didalam liviawaty serta afrianto ( 1998 ), menyebutkan bahwa ikan sidat memiliki klasifikasi seperti berikut :
phylum : chordata
class : pisces
ordo : apodes
famili : anguillidae
genus : anguilla
spesies : anguilla sp.
Beberapa jenis ikan sidat ( anguila spp. )
1. anguilla anguilla ( linnaeus, 1758 ) european eel
2. anguilla australis australis ( richardson, 1841 ) shortfin eel
3. anguilla australis schmidti ( philipps, 1925 )
4. anguilla bengalensis bengalensis ( gray, 1831 ) indian mottled eel
5. anguilla bengalensis labiata ( peters, 1852 ) african mottled eel
6. anguilla bicolor bicolor ( mcclelland, 1844 ) indonesian shortfin eel
7. anguilla bicolor pacifica ( schmidt, 1928 ) indian short-finned eel
8. anguilla breviceps ( chu & jin, 1984 )
9. anguilla celebesensis ( kaup, 1856 ) celebes longfin eel
10. anguilla dieffenbachii ( gray, 1842 ) new zealand longfin eel
11. anguilla interioris ( whitley, 1938 ) highlands long-finned eel
12. anguilla japonica ( temminck & schlegel ) japanese eel
13. anguilla malgumora ( kaup, 1856 ) indonesian longfinned eel
14. anguilla marmorata ( quoy & gaimard, 1824 ) giant mottled eel
15. anguilla megastoma ( kaup, 1856 ) polynesian longfinned eel
16. anguilla mossambica ( peters, 1852 ) african longfin eel
17. anguilla nebulosa ( mcclelland, 1844 ) mottled eel
18. anguilla nigricans ( chu & wu, 1984 )
19. anguilla obscura ( günther, 1872 ) pacific shortfinned eel
20. anguilla reinhardtii ( steindachner, 1867 ) speckled longfin eel
21. anguilla rostrata ( lesueur, 1817 ) american eel
Ikan sidat betina lebih suka perairan esturia, danau serta sungai-sungai besar yang produktif, namun ikan sidat jantan menghuni perairan berarus deras dengan produktifitas perairan yang lebih rendah. perihal ini tunjukkan bahwa pergantian produktifitas satu perairan bisa merubah distribusi type kelamin serta rasio kelamin ikan sidat. pergantian produktifitas juga kerap dikaitkan dengan pergantian perkembangan serta fekunditas pada ikan ( eifac/ices, 2000 ). helfman et al. ( 1997 ) menyebutkan bahwa ikan sidat jantan tumbuh tidak kian lebih 44 cm serta masak gonad sesudah berusia 3-10 th.. anguilla sp. tergolong gonokhoris yang tidak berdiferensiasi, yakni situasi seksual berganda yang situasinya tidak stabil serta bisa berlangsung intersex yang spontan ( effendi, 2000 ).
Stadia perubahan ikan sidat baik tropik ataupun subtropik ( temperate ) biasanya sama, yakni stadia leptochephalus, stadia metamorphosis, stadia glass eel atau elver, yellow eel serta silver eel ( sidat dewasa atau masak gonad ). sesudah tumbuh serta berkembang di perairan tawar, sidat dewasa ( yellow eel ) dapat beralih jadi silver eel ( sidat masak gonad ), serta setelah itu dapat bermigrasi ke laut untuk berpijah. lokasi pemijahan sidat tropis dianggap ada di perairan samudra indonesia, tepatnya di perairan barat pulau sumatera ( setiawan et al., 2003 ).
Juvenil ikan sidat hidup sepanjang satu tahun lebih di sungai-sungai serta danau untuk melengkapi siklus reproduksinya ( helfman et al, 1997 ). sepanjang lakukan ruaya pemijahan, induk sidat alami percepatan pematangan gonad dari tekanan hidrostatik air laut, kematangan gonad optimal dicapai pada waktu induk meraih tempat pemijahan. sistem pemijahan berjalan pada kedalaman 400 m, induk sidat mati sesudah sistem pemijahan ( elie, p., 1979 didalam budimawan, 2003 ).
Waktu berpijah sidat di perairan samudra hindia berjalan selama th. dengan puncak pemijahan berlangsung pada bln. mei serta desember untuk anguilla bicolor bicolor, oktober untuk anguilla marmorata, serta mei untuk anguilla nebulosa nebulosa ( setiawan et al., 2003 ). di perairan segara anakan, anguilla bicolor bisa ditemukan pada bln. september serta oktober, dengan kelimpahan paling tinggi pada bln. september ( setijanto et al., 2003 ). makanan utama larva sidat yaitu plankton, namun sidat dewasa suka cacing, serangga, moluska, udang serta ikan lain. sidat bisa diberi pakan buatan saat dibudidayakan ( liviawaty serta afrianto, 1998 ). tanaka et al. ( 2001 ) menyebutkan bahwa pakan paling baik untuk sidat pada stadia preleptochepali yaitu tepung telur ikan hiu, dengan pakan ini sidat stadia preleptochepali dapat bertahan hidup sampai meraih stadia leptochepali.
Kehadiran juvenil sidat di estuaria di pengaruhi oleh sebagian factor lingkungan, terlebih salinitas, debit air sungai, ‘odeur’ air tawar serta suhu. elver yang tengah beruaya anadromous tunjukkan kandungan thyroid hyperaktif yang tinggi, hingga berbentuk reotropis ( ruaya melawan arus ). elver juga berbentuk haphobi ( hindari massa air bersalinitas tinggi ) hingga sangat mungkin ruaya melawan arus ke arah datangnya air tawar ( budimawan, 2003 ).
Kegiatan sidat dapat meningkat saat malam hari, hingga jumlah elver yang tertangkap saat malam hari semakin banyak dari pada yang tertangkap pada siang hari ( setijanto et al., 2003 ). hasil penelitian sriati ( 2003 ) di di muara sungai cimandiri tunjukkan bahwa elver condong menentukan habitat yang mempunyai salinitas rendah dengan turbiditas tinggi. salinitas serta turbiditas adalah parameter yang sangat punya pengaruh pada kelimpahan. kelimpahan elver yang sangat tinggi berlangsung pada waktu bln. gelap.
Ikan sidat dapat beradaptasi pada kisaran suhu 12oc-31oc, sidat alami peurunan nafsu makan pada suhu lebih rendah dari 12oc. salinitas yang dapat ditolerir berkisar 0-35 ppm. sidat memiliki kekuatan mengambil oksigen segera dari hawa serta dapat bernapas melewati kulit di semua tubuhnya ( liviawaty serta afrianto, 1998 ).
0 comments:
Posting Komentar